Kemarin sudah menjadi sejarah.hari ini apa yang sedang kita
lakukan. Esok hari yang belum pasti. Cita-cita adalah hal yang kita idamkan, kita
rencanakan, yang ingin kita raih. Ilmu yang kita amalkan akan menjadi teman di
akhirat kelak membantu kita terhindar dari adzab. Salah satu hal yang mengiringi
kita sampai ajal menjemput.
Muhammad SAW meninggalkan dua hal, yang apabila kita
berpegang teguh pada salah satu hal tersebut, insya Allah kita tak akan
tersesat. Dua hal tersebut adalah al-Quran dan Hadits. Kita pasti berharap di
akhirat kelak ilmu yang kita pelajari di dunia bisa memberi syafa’at bagi kita
kelak di akhirat.
al-Quran adalah sumber ilmu. Sebaik-baik orang di antara
kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengamalkannya serta mengajak
orang-orang untuk mempelajarinya. Menghafalkan al-Quran termasuk cara
mempelajari al-Quran. Al-Quran adalah salah satu bacaan yang sesuai untuk semua
umur, dari balita sampai lansia. Berdasarkan rentang usia tersebut, semua orang
berpotensi menghafalkan al-Quran. Apapun pekerjaannya, dimanapun dia berada, kapanpun
waktunya. Setiap hal, profesi/pekerjaan, pilihan, ataupun cita-cita yang selalu memunculkan konsekuensi dan
tanggung jawab.
Menghafal al-Quran termasuk pilihan dan cita-cita setiap
orang yang ingin menghafalkannya. Setiap orang mempunyai metode menghafal
al-Quran. Berdasarkan jumlah ayat atau surat, ada yang satu hari satu ayat, ada
yang seminggu satu surat, ada yang memulai menghafal dari juz satu, ada yang
memulai dari juz tiga puluh, ada juga yang sesuai turunnya wahyu. Berdasarkan pengaturan
waktunya, ada yang menghafal di waktu pagi, ada yang siang hari, ada yang malam
hari (setelah qiyamul lail), ada juga yang menghafal al-Quran di sela-sela waktu
istirahat jam kerja, entah itu di kantor, di sekolah, di sela-sela sambil
berjualan, dan lain-lain.
Ada yang mengatakan bahwa jasad orang hafal al-Quran yang telah meninggal tidak akan
dimakan rayap, ada juga di sebuah hadits menyebutkan bahwa kelak di
akhirat, orang tua dari orang yang hafal al-Quran akan di beri pakaian terindah
yang tidak pernah dikenakan di dunia.
Muhammad SAW adalah uswatun hasanah bagi umatnya. Beliau
adalah ‘ummiy (buta huruf). Beliau bisa hafal al-Quran 30 juz. Mengapa mayoritas
dari kita yang bukan ‘ummiy belum bisa hafal al-Quran walaupun satu juz? Jika
ada jawaban bahwa muhammad SAW adalah nabi dan rosul, sedangkan kita tidak, itu
hanyalah alasan yang klise. Sebagian dari kita bisa dan sanggup menandatangani
kontrak kerja atau komitmen dengan suatu lembaga, tetapi mengapa kita belum
sanggup mengajak diri kita untuk komitmen menghafal al-Quran? Apakah karena
keuntungannya belum bisa ditukarkan dengan rupiah atau dollar? Apakah karena kita
takut akan tersingkir dari sosialita kita?
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah ke jalan tuhanmu, mungkin
sebagian dari kita belum berani menjadikan menghafal al-Quran sebagai gaya
hidup. Padahal al-Quran adalah salah satu teman yang sangat setia. Betapa
tidak? Jika kita punya pasangan, misal suami atau istri, jika kita tidak
menyapanya sehari saja, kita akan dianggap marah padanya atau
mendiamkannya. Cobalah tanya pada diri sendiri, apakah hari ini kita sudah
menyentuh al-Quran? Apakah kita hari ini sudah membacanya? Apakah hari ini
hafalan kita sudah bertambah walaupun hanya satu ayat? Jika jawabannya, belum
kita lakukan, apakah al-Quran pernah protes pada kita, pernah marah pada
kita pernah melukai kita? insya Allah jawabannya belum pernah.
Jika ada jawaban lain bahwa al-Quran termasuk benda
mati, jadi dia tidak mungkin marah pada kita. Jika anda mengaku umat Muhammad
SAW, orang yang suka melestarikan sunnah nabi, maka tambahlah frekuensi bergaul
dengan al-Quran. Tambahlah intensitas anda bertatap muka dengan al-Quran. Jika
hal ini belum anda lakukan, jangan sekali-kali mengaku sebagai umat Muhammad
SAW. Jangan sampai anda termasuk orang munafik, karena orang munafik tempatnya di
neraka yang paling bawah (asfala safiliina).
Waktu yang kita jalani sekarang tidak akan kembali
lagi. Orang yang hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, termasuk orang yang
beruntung. Kita harus selalu berusaha menyeimbangkan nutrisi lahir dan
batin. nutrisi lahir berupa asupan makanan yang halalan thoyyiban. Nutrisi batin
diperoleh dari mendekatkan diri kepada Allah SWT. Banyak sekali cara mendekatkan
diri kepada Allah SWT, salah satunya adalah dengan menghafal al-Quran. Semoga
besok waktu kita berjumpa di padang makhsyar,kita termasuk kafilah orang yang
menghafal al-Quran dan al-Quran bisa memberikan syafa’atnya kapada kita. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar